Sebenarnya Pendidikan itu untuk Apa?

Standar

     Setiap manusia yang hidup membutuhkan ilmu untuk bertahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan ilmu itu sendiri pada umumnya didapat melalui pendidikan, baik itu formal, nonformal, maupun informal. Dalam kaitannya pendidikan dan pemerolehan ilmu tersebut, muncullah sebuah disiplin ilmu yang membahas tentang ruang lingkup ilmu dalam pendidikan atau lebih tepatnya ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara untuk mengajarkan, menularkan, membudayakan, serta menanamkan nilai pada peserta didik. Menarik sekali saat kita dihadapkan pada jalan untuk berpikir dan menganalisis sesuatu melalui perenungan yang sistematis mengenai asal-usul manusia. Bagaimana seseorang bisa bertahan dalam hidupnya, apa saja kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, serta sampai kapan manusia akan berkembang dalam hidup.

      Berbicara mengenai pendidikan, tidak luput dari interaksi terhadap lingkugan. Pendidikan merupakan proses pendewasaan, bagaimana kita bersikap dan menyikapi sesuatu. Pengalaman juga mempunyai peran dalam mendewasakan, karena dalam pengalaman tersebut terdapat proses pendidikan. Hal tersebut akan menimbulkan kesan tersendiri dalam menerima pendidikan karena yang diperoleh bukan hanya ilmu yang berbentuk materi, namun juga sebuah palajaran dalam perjalanan hidup.

      Manusia membutuhkan pendidikan yang baik seumur hidupnya. Sebagaimana kita ketahui jika manusia telah dibekali banyak sekali kecerdasan yang sering kita kenal dengan istilah “Multiple Intelegensi”, yang kemudian melalui pendidikan atau perenungan yang sistematis itu, dihasilkan sebuah olahan baru berupa kecerdasan yang produktif. Sekalipun kita tahu banyak sekali pendapat yang berbeda mengenai kecerdasan dasar manusia. Menurut Buku Pedagogik, kecerdasan itu merupakan kolaborasi dari empiris dan nativisme, atau yang lebih dikenal dengan kata konvergensi.(Uyoh Sadulloh, dkk, 2014). Penulis cenderung setuju pada pendapat yang mengatakan bahwasanya manusia itu lahir bukan seperti white paper atau kertas putih, melainkan manusia lahir dengan bakat yang masih dasar dan dini. Maka butuh sarana atau lebih tepatnya pendidikan dari lingkungan untuk menjadikan bakat, kecerdasan, dan potensi itu menjadi sesuatu yang produktif.

     Dalam ranah pendidikan yang menjadi pembahasan pokok bukan hanya cara panyampaian dalam mendidik, akan tetapi sikap yang diterapkan dalam mendidik juga sangat penting. Bagaimana tentang “kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab” membahas mengenai aspek sikap terhadap anak didik. Di sini poin yang dapat diperoleh adalah tentang bagaimana seorang pendidik itu memberi kenyamanan bagi anak didiknya dan tetap menjaga kewibawaan, bartanggung jawab atas kepribadiannya yang dijadikan figur teladan oleh anak didiknya. Dalam pembahasan UU No. 20 Tahun 2003, yaitu Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yang di sana disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Tinggalkan komentar